Sunk Cost dan Psikologi Keputusan: Memahami Bias dan Cara Mengatasinya

    Saat membaca buku the psychology of money ada satu bab yang menjelaskan kenapa orang "nothing to lose" ketika melakukan sesuatu. Salah satu penyebabnya adalah menyadari adanya suatu "sunk cost" ketika kita melakukan suatu tindakan finansial. Pada artikel ini akan mencoba menjelaskan tentang apa itu sunk cost, apa saja yang termasuk sunk cost, dan yang terkait. 

Apa itu sunk cost 

    Sesuatu yang tidak bisa dikembalikan karena melakukan kegiatan sesuatu. Kegiatan itu tidak terbatas pada hal bisnis saja tetapi bisa juga dalam kegiatan sehari-hari. Contoh paling sederhana adalah semisal kita membeli tiket konser, uang yang kita keluarkan untuk membeli tiket tidak akan kembali. Mau itu konsernya bagus maupun buruk, mau tidak menonton atau kita tetap menonton konser tesebut. Dalam studi kasus bisnis misalkan perusahaan kita beriklan, mau itu impactnya bagus atau tidak uang yang sudah dikeluarkan dalam beriklan tidak bisa kembali lagi. Hal demikian juga bisa dikatakan bahwa sunk cost tidak selamanya 100% kerugian.

Contoh Sunk Cost dalam Berbagai Konteks

berikut contoh sunk cost di tiap konteks 

Bisnis 

  • Riset dan Pengembangan (R&D). Biaya yang telah dikeluarkan untuk penelitian dan pengembangan produk baru yang akhirnya tidak diluncurkan. 
  • Peralatan dan Mesin. Pembelian mesin atau peralatan yang ternyata tidak digunakan atau tidak berfungsi dengan baik.
  • Iklan. Anggaran yang dihabiskan untuk iklan yang tidak berhasil meningkatkan penjualan.
  • Sewa Gedung. Pembayaran sewa gedung yang telah dilakukan meskipun bisnis memutuskan untuk pindah lokasi.
  • Gaji Karyawan. Gaji karyawan yang ternyata tidak perform.

Teknologi Informasi

  • Pengembangan Software. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan perangkat lunak yang kemudian ditinggalkan karena satu dan sebagainya.
  • Implementasi Sistem. Biaya implementasi sistem IT yang tidak lagi digunakan karena perubahan strategi perusahaan.

Investasi

  • Saham yang Anjlok. Pembelian saham yang harganya anjlok dan tidak diharapkan pulih (cut loss). Atau lebih parah lagi sahamnya delisting dari pasar bursa  .
  • Properti yang Turun Nilai. Investasi dalam properti yang nilainya turun dan tidak ada peluang untuk menjualnya kembali dengan keuntungan.
  • Crypto yang anjlok. Contoh kasus yang ramai adalah kasus koin Luna dimana tahun 2022 anjlok 98% harganya.
  • Pinjaman P2P yang gagal bayar. Investor yang uangnya gagalnya bayar gara-gara fintechnya bermasalah.

Pendidikan dan Pelatihan

  • Kursus atau Pendidikan. Uang yang dihabiskan untuk kursus atau pendidikan yang akhirnya tidak digunakan dalam karir seseorang. 
  • Pelatihan Karyawan. Biaya pelatihan karyawan yang kemudian meninggalkan perusahaan.

Kehidupan Sehari-hari

  • Keanggotaan Gym. Uang yang telah dibayarkan untuk keanggotaan gym yang tidak digunakan.
  • Tiket Acara. Pembelian tiket acara yang kemudian tidak dihadiri karena perubahan rencana.
  • Tike Film. Tiket film yang tidak kita tonton.

Bias Sunk Cost / Sunk Cost Fallacy

Karena kaitannya dengan pengeluaran sumberdaya dan banyak faktor psikologinya terdapat istilah sunk-cost-fallacy (SCF). Apasih SCF ini adalah ketika individu / orang / entitas melakukan investasi terhadap sesuatu yang sangat kecil kemungkinannya untuk untung bahkan kembali karena terbawa oleh keputusan investasi sebelumnya. Beberapa alasan melatarbelakangi hal ini diantaranya :

  • Aversion to Loss (Keengganan untuk merugi). orang cenderung merasa lebih sakit kehilangan sesuatu daripada merasa senang mendapat sesuatu.
  • Concorde fallacy. Sebuah istilah dalam psikologi dan ekonomi yang merujuk pada kecenderungan untuk melanjutkan proyek atau investasi yang tidak menguntungkan karena sudah menginvestasikan banyak sumber daya di masa lalu. Fenomena ini dinamai berdasarkan proyek Concorde, pesawat supersonik yang dikembangkan oleh Inggris dan Prancis, yang meskipun sudah jelas tidak akan menguntungkan, tetap dilanjutkan karena sudah terlanjur menghabiskan banyak biaya.
  • Emotional Commitment (Komitmen Emosional). Perasaan emosional yang terlibat dalam keputusan membuat orang sulit untuk mundur.
  • Framing Effect. fenomena psikologis di mana cara informasi disajikan atau "dibingkai" dapat mempengaruhi persepsi dan keputusan seseorang.  Sebuah investasi yang disajikan dengan mengatakan "Anda memiliki peluang 70% untuk menghasilkan keuntungan" mungkin lebih menarik daripada "Anda memiliki peluang 30% untuk mengalami kerugian," meskipun keduanya mengandung informasi yang sama.

Mengatasi Bias Sunk Cost

  • Memiliki banyak pilihan serta melakukan evaluasi. terhadap setiap keputusan yang diambil utamanya berdasarkan manfaat yang didapat, biaya yang akan dikeluarkan karena keputusan di masa depan.
  • Pisahkan emosi dari logika. sangat sulit untuk melakukan hal ini. Tapi sebisa mungkin ambil keputusan berdasarkan data dan fakta, dan kurangi berdasarkan perasaan dan emosi.
  • Belajar untuk menerima kerugian. sama seperti halnya yang dikatakan pada buku physcology of money sadari bahwa segala ada sunk costnya.
  • Cari Persepektif Lain. terkadang banya kepala dapat mengatasi kerumitan yang ada di dalam suatu masalah. Konsultasikan keputusan anda dengan pihak yang tepat dan paham. Usahakan yang tidak terlibat secara langsung, tetapi tetap kritis.
  • Belajar dan berlatih, pengalaman orang dan pengalaman kita sebelumnya bisa dijadikan pelajaran. Tingkatkan pemahaman tentang bias kognitif dan cara mengatasinya. Memahami manajemen resiko dsbnya.

Referensi

Posting Komentar untuk "Sunk Cost dan Psikologi Keputusan: Memahami Bias dan Cara Mengatasinya"